TUGAS
KULIAH
ILMU
BUDAYA DASAR
“PENGALAMAN
HIDUP”
SISTEM
INFORMASI - 2012
Nama : Halimatun Sahdiyan
NPM : 1 A 1 1 1 3 8 6
Kelas : 4 K A 2 9
|
PENGALAMAN HIDUP
Kisah ini bermula ketika saya masih
duduk di bangku sekolah. Saat itu saya sekeluarga sering mengunjungi sanak
saudara di daerah Rawamangun Jakarta timur. Akses yang paling mudah dari rumah
kami yang berada di Bogor adalah dengan memakai jasa kereta api. Saat itu belum
terlalu ramai orang yang menggunakan jasa transportasi tersebut. Sampai akhirnya
saya masuk ke perguruan tinggi di Depok yaitu Universitas Gunadarma.
Sudah jelas, transportasi yang saya
dan teman – teman pakai dari rumah di Bogor ke kampus dengan menggunakan kereta
api. Kami turun di stasiun Pondok cina. Awalnya saya hanya sendiri berangkat
dan pulang dari kampus. Tetapi lambat laun, saya mempunyai cukup banyak teman
seperjuangan. Saat itu jenis kereta yang ada hanya ada 2, yaitu KRL ekonomi
yang tarifnya dua ribu rupiah dan KRL Pakuan Expres yang kalau tidak salah
tarifnya sebelas ribu rupiah.
Jelas berbeda antara kedua jenis
KRL tersebut, bisa dilihat dari harga karcisnya yang berkali – kali lipat. Bagi
kami yang masih mahasiswa, yang teramat sangat perhitungan dengan uang, kami jelas
memilih naik KRL ekonomi. Maklum saja, kebutuhan mahasiswa untuk keperluan
kampus dan uang jajan yang diberikan orang tua yang terbatas itu yang kami
pikirkan. Tetapi karena kami berangkat dan pulang sama – sama, kami merasa
enjoy saja. Walaupun tidak bisa kita pungkiri seberapa hebat perjuangan kami di
dalam KRL ekonomi tersebut.
Coba saja bayangkan, untuk
kapasitas satu gerbong yang seharusnya menampung puluhan orang, tetapi harus
disesaki oleh ratusan penumpang. Itu belum termasuk dengan barang – barang yang
penumpang bawa. Soal keamanan dan kenyamanan? Jelas tidak ada. Banyak tangan –
tangan jail yang memanfaatkan situasi tersebut. Bahkan ada juga para lelaki
yang memanfaatkan padatnya kondisi di dalam gerbong, dengan sengaja merapatkan
ke lawan jenis.
Atas dasar itu, saya dan teman –
teman perempuan yang lain, biasanya selalu berangkat dan pulang bersama dengan
beberapa teman laki – laki. Selain kami merasa terlindungi dan aman, biasanya
para orang – orang iseng tidak akan berani untuk mengganggu kelompok yang
jumlahnya banyak. Ya memang, kelompok peron saya jumlahnya cukup banyak. Kita terdiri
dari berbagai macam jurusan dan kelas.
Sampai saya lulus kuliah D3, saya
tetap setia menggunakan jasa kereta api. Lalu saya bekerja di sebuah perusahaan
swasta di daerah cibinong, dan saya pun jarang naik kereta api lagi. Setalah hampir
dua tahun berlalu, saya kembali mendapatkan pekerjaan di tempat baru di daerah
gambir. Dan mulai saat itu, kembali saya menggunakan jasa transportasi kereta
api tersebut.
Tetapi dari yang saya lihat, tidak
banyak perbaikan yang ada pada perkereta-apian jabodetabek. Malah saya lihat, dengan
makin banyak minat memakai jasa tersebut, pihak KAI seolah tidak pernah
berbenah diri untuk mengatasi keluhan – keluhan penumpang. Akhir – akhir ini
pun sering sekali gangguan demi gangguan yang terjadi. Pernah suatu malam, saya
harus menempuh perjalanan gambir – bogor dengan waktu empat jam. Padahal waktu
normalnya hanya sekitar satu jam saja.
Lagi dan lagi kami para penumpang
hanya disuruh bersabar atau mencari alternative kendaraan lain. Lalu apa
tanggung jawab dari KAI sendiri? Sedangkan jika ada penumpang yang tidak
membeli karcis atau mungkin karcisnya hilang, dengan cepat dari pihak KAI akan
mendenda atau melakukan tindakan lain.
Saya rasa ini sangat tidak adil,
kami penumpang hanya diperlakukan seadanya, seolah – olah hanya kami yang
membutuhkan jasa mereka. Padahal tanpa kami penumpang, mungkin KAI bisa gulung
tikar.
·
Sisi Negatif :
o
Banyaknya tindakan kejahatan yang
terjadi di dalam gerbong, mulai dari tindakan pencurian, perampasan, bahkan sampai
tindakan pelecehan sexual yang dilakukan oleh orang – orang yang sangat tidak
bertanggung jawab.
o
PT. KAI seolah tidak peduli dengan
keluhan – keluhan yang disampaikan oleh penumpang.
·
Sisi Positif :
o
Makin eratnya rasa persahabatan di
antara kami para pengguna KRL yang setiap hari menggunakan jasa KRL, karena
kami merasa senasib sepenanggungan.
memang benar itu mbak.., semoga saja transportasi Indonesia kedepannya bisa jadi yang seperti kita harapkan :)
BalasHapus