Senin, 19 November 2012

Kekerasan Selalu “Melahirkan Kekerasan”


Kekerasan selalu “melahirkan kekerasan”

Tema : Penduduk, Masyarakat dan kebudayaan

Sering kali kita melihat atau mendengar dari media, seorang guru menghajar muridnya dengan menggunakan rotan atau penggaris sampai mengalami luka bahkan sampai masuk rumah sakit hanya karena bergurau di kelas. seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-murid yang tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswanya. 

Bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa karena dianiyaya seniornya pada saat mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) atau OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus)  Ironis memang kalau bicara kekerasan dalam pendidikan. Ehm….muncul pertanyaan dibenak saya apa makna seorang guru menusukan paku panas ketangan muridnya? Apa makna seorang guru memukulkan penggaris atau rotan ke siswanya? Apa makna MOS atau OSPEK sehingga  seseorang harus kehilangan nyawa? Bukankah sebenarnya sekolah atau lembaga pendidikan itu lembaga “edukatif”.

Kekerasan fisik, kekerasan mental, pengalaman pahit yang dialami semasa kecil oleh seorang anak akan terus berdampak hingga ia dewasa. Mungkin ini salah satu alasan mengapa kekerasan masih saja terjadi. karena sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar bahwa ternyata kekerasan telah “diajarkan” dari pendidik yang tidak benar ke murid, dari senior yang tidak benar ke junior, secara turun temurun bahkan telah menjadi tradisi. Kekerasan ini akan terus berulang setiap tahun apabila tidak segera dihentikan. contoh junior yang sekarang menjadi korban, akan mencari korban lain di tahun depan, terus menerus dan tiada habisnya.

Oleh karena itu adanya tindak kekerasan di dalam lembaga pendidikan merupakan masalah kita semua dan harus segera dihentikan. masyarakat, negara,  pendidik, orangtua, dan siswa harus bekerja sama menciptakan lingkungan yang aman dalam lembaga pendidikan.

Daftar pustaka
http://persma.com/
http://www.ditpertais.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar