Kekerasan
selalu “melahirkan kekerasan”
Tema : Penduduk,
Masyarakat dan kebudayaan
Sering kali kita melihat atau
mendengar dari media, seorang guru menghajar muridnya dengan menggunakan rotan
atau penggaris sampai mengalami luka bahkan sampai masuk rumah sakit hanya
karena bergurau di kelas. seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-murid yang
tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan siswanya.
Bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa karena dianiyaya seniornya pada saat mengikuti
MOS (Masa Orientasi Siswa) atau OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) Ironis memang kalau bicara kekerasan dalam
pendidikan. Ehm….muncul pertanyaan dibenak saya apa makna seorang guru
menusukan paku panas ketangan muridnya? Apa makna seorang guru memukulkan
penggaris atau rotan ke siswanya? Apa makna MOS atau OSPEK sehingga seseorang harus kehilangan nyawa? Bukankah
sebenarnya sekolah atau lembaga pendidikan itu lembaga “edukatif”.
Kekerasan fisik, kekerasan
mental, pengalaman pahit yang dialami semasa kecil oleh seorang anak akan terus
berdampak hingga ia dewasa. Mungkin ini salah satu alasan mengapa kekerasan
masih saja terjadi. karena sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar
bahwa ternyata kekerasan telah “diajarkan” dari pendidik yang tidak benar ke
murid, dari senior yang tidak benar ke junior, secara turun temurun bahkan
telah menjadi tradisi. Kekerasan ini akan terus berulang setiap tahun apabila
tidak segera dihentikan. contoh junior yang sekarang menjadi korban, akan
mencari korban lain di tahun depan, terus menerus dan tiada habisnya.
Oleh karena itu adanya tindak
kekerasan di dalam lembaga pendidikan merupakan masalah kita semua dan harus
segera dihentikan. masyarakat, negara,
pendidik, orangtua, dan siswa harus bekerja sama menciptakan lingkungan
yang aman dalam lembaga pendidikan.
Daftar pustaka
http://persma.com/
http://www.ditpertais.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar